SEJALUR RESAH
Dia merendah sayap memberi salam
Dingin pagi menyapu wajah. Wajahnya bersinar.
Ibnu Mas’ud radhiyallu ‘anhu melempar senyum.
“Wahai Ibnu Mas’ud,
Jiwaku resah, hatiku patah.
Ubatlah aku dengan
sedingin nasihat.
Dia yang mulia menyelongkar
seluruh jiwa cedera.
Ada tusukan luka dari akuan hampa
Mengalir darah resah ke lantai jiwa.
Jiwaku pecah gelisah dan
fikirku bercapah .
Makan tidak tersuap
dan tidur tidak disapa mimpi indah.
Ibnu Mas’ud mengadun kata.
Bawalah hatimu mengunjungi
majlis membaca Al-Quran atau
tadabbur sebaiknya orang membacanya;
atau pergilah ke majlis pengajian
mengikat hatimu berpaut kepada
Allah.
atau carilah kesunyian dinihari
untuk menambat khalwat bersujudlah menyerah jiwa
dan sebongkah hatimu ke pangkuan Allah.
Kiranya jiwamu masih mengukir resah
Mintalah Allah berikan hati lain
karena hati yang kau pakai saat ini
bukanlah hatimu sesucinya.
Sejalur resah mendesah
Air jenih turun dari kolam mata membasah
Lantai hati yang merkah bergenangan
menyantun kelembutan dan tautan cinta
Tiada ulasan:
Catat Ulasan