Meski dia bukan kelahiran Atjeh, tetapi namanya bersemarak dalam jiwa
masyarakat Atjeh sebagai pembela Atjeh yang setia. Ia dilahhirkan
pada 8 Disember 1965 merupakan anak
keenam dari tujuh bersaudara . Sepanjang hidpnya, dia memberi tumpuan
untuk selalu membela siapa saja yang haknya dizalimi. Dia tidak gila
harta, pangkat, jabatan, dan juga kemudahan. Ia membuktikannya dengan
perbuatan. Dia orang yang pertama mengkritisi pemerintah Republik
Indonesia untuk mencabut status Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh.
Beberapa kes yang pernah dtangganinya ialah:
i. Kes Araujo yang dituduh sebagai pemberontak melawan pemerintahan
Indonesia untuk memerdekakan Timor timur dari Indonesia pada 1992.
ii. Kes Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh oleh tentera pada tahun 1994.
iii. Menjadi penasihat hukum warga Nipah, Madura, dalam kes pembunuhan petani-petani oleh tentera pada tahun 1993.
iv. Menjadi penasihat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kes
rusuhan di PT.Chief Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada
tahun 1995.
v. Penasihat hukum Muhadi (sopir) yang dituduh melakukan penembakan terhadap seorang polisi di Madura, Jawa Timur pada 1994,
vi. Penasihat hukum para korban dan keluarga Korban Penghilangan Orang
secara paksa 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada tahun 1997
hingga 1998,
vii. Penasihat hukum korban dan keluarga korban pembunuhan dalam tragedi Tanjung Priok 1984 hingga 1998,
viii. penasihat hukum korban dan keluarga korban penembakan mahasiswa di Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999),
ix. penasehat hukum dan koordinator advokasi kes-kes pelanggaran
berat Hak Asasi Manusia di Atjeh, Papua, melalui Kontras oleh operasi
tentera.
Di dalam negeri, ia dinobatkan sebagai Man Of The Year
1998 versi majalah UMMAT, penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan UNIBRAW
yang berjaya, sebagai salah seorang tokoh terkenal Indonesia pada abad
XX, Majalah Forum Keadilan. Semenatara di luar negeri, ia dinobatkan
menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week pada tahun 2000, The
Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan
kontrol sipil atas militer, Stockholm pada December 2000, dan An
Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas
usahausahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan, Paris,
November 2000.
Munir wafat pada 7 September 2004, di dalam
pesawat Garuda GA-974 kerusi bernombor 40 G dalam penerbangan menuju
Amsterdam, Belanda. Perjalanan itu adalah sebuah perjalanan untuk
melanjutkan pelajaran peringkat sarjana undang-undang di Universiti
Utrecht. Dia dibunuh dengan menggunakan racun arsenik yang yang
dimasukkan ke makanannya oleh Pollycarpus Budihari Priyanto.
Pollycarpus adalah seorang pilot Garuda yang pada waktu itu sedang
bercuti. Pada saat keberangkatan Munir ke Belanda, secara
kontroversial ia diangkat sebagai corporate security oleh Dirut Garuda.
Sampai sekarang, kematian seorang Munir, sang Pahlawan orang Hilang,
sang pendekar Hak Asasi Manusia ini masih sebuah misteri. Jenazahnya
dimakamkan di taman makam umum kota Batu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan